Adalah Uwais Al-Qarni seorang lelaki asal Yaman. Lelaki yang hidup dimasa Rasulullah namun tak pernah bertemu
dengan Sang Rasul, untuk itu dia digolongkan sebagai tabi’in dan bukanlah
sahabat. Ya, dia yang meyakini agama yang di bawa Sang Rasul meski tak pernah
bertemu secara langsung. Uwais Al-Qarni hanyalah satu dari sekian banyak orang
pada masanya yang memiliki kehidupan yang biasa-biasa saja. Seorang yang memiliki
kegiatan berdagang dan mengembala seperti lainnya. Seorang yang bukan terkemuka
dan terkenal diantara masyarakat sekitarnya.
Lalu apa yang membuatnya
istimewa? Istimewanya adalah, karena Rasul mendapatkan wahyu kemudian
mengabarkan kepada para sahabat bahwa sosok yang bernama Uwais Al-Qarni tersebut
adalah orang yang namanya mashyur di
langit. Ya, lelaki yang bahkan tak pernah bertemu dengan Rasulullah selama
hidupnya tersebut. Bagaimana bisa? Ternyata selama hidupnya dia adalah Lelaki
yang sepenuh hati berbakti merawat ibunya, lelaki yang menjadikan islam sebagai
nafas barunya, lelaki yang sabar dalam mengahadpi ujian, lelaki yang melalui hari-harinya
dengan penuh kebaikan. Dia yang tak peduli walau sepi apresiasi, yang tak menghiraukan
walau tak ada mata yang memandang. Maka dia yang dengan ketulusannya akhirnya mendapatkan
cinta para penduduk langit.
Begitulah kisah singkat Uwais
Al-Qarni yang dengan ketulusannya mampu menggetarkan seantero langit. Kisah
tersebut mengajarkan bahwa sikap ketulusan dalam berbuat merupakan hal yang
sangat penting. Bahwa ukuran perbuatan baik tidaklah dari banyaknya apresiasi,
penghalang untuk berbuat kebaikan bukanlah cemoohan. Maka ketulusan tidak
melulu soal sikap yang lembut, ketulusan dapat juga berbentuk ketegasan.
Ketulusan adalah konsistensi berbuat kebaikan dalam segala keadaan.
Kita adalah aktor dalam panggung kehidupan. Kita lah pelaku
yang menjalani alur ceritanya. Orang disekitar kita adalah penonton, dan yang
namanya penonton pekerjaannya adalah mengomentari. Saat ceritanya bagus mereka
memuji, saat ceritanya sedang tak bagus mereka mencaci. Begitu terus sampai
cerita selesai, hingga tanpa disadari mereka tak memperoleh apapun dari
komentarnya melainkan membuang energi. Maka disini kita dapat menarik
kesimpulan bahwa kita hanya perlu fokus, tugas kita adalah menjalankan peran
dengan sebaik-baiknya. The show must go on.