Page

Sunday, April 26, 2015

Paradigma Positif


Paradigma dapat diartikan sebagai sebuah bentuk cara pandang terhadap diri dan lingkungan yang nantinya akan mempengaruhi dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku. Paradigma akan selalu hadir mulai dari peletakan pondasi pemikiran hingga terbangunnya sebuah sikap; Paradigma ada dalam setiap sendi proses berpikir maupun bersikap terhadap sebuah hal. Paradigma seperti menjadi sebuah kesepakatan awal dalam menentukan jalan panjang mana yang akan dilalui. Sekali menentukan pada paradigma tertentu akan mempengaruhi serangkaian konsep berpikir, pengambilan keputusan dan tingkat pencapaian. 

Saya pernah menghadiri sebuah talk show dengan Ade Rai sebagai narasumbernya di kantor tempat saya bekerja. Pada kesempatan tersebut salah satu topik yang disampaikan oleh Ade Rai adalah tentang tingkat kesehatan masyarakat. Menurutnya saat ini masih terdapat banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat. Upaya-upaya perbaikan tingkat kesehatan yang dilakukan sekarang masih berfokus pada mengatasi penyakit dan pengobatan. Padahal tujuan utamanya ingin meningkatkan “kesehatan” kan? Jika memang kesehatan sebagai tujuannya, seharusnya upaya yang perlu dilakukan sekarang adalah meningkatkan fokus untuk membentuk kesadaran pola hidup sehat dalam masyarakat selain pada mengatasi penyakit dan pengobatan. Menurut Ade Rai  tingkat kesehatan yang rendah terjadi karena masih minimnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat, oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya peningkatan kesadaran dan perubahan dalam masyarakat.

Konsep Ade Rai tentang peningkatan pola hidup sehat tersebut sejalan dengan ilmu kesehatan masyarakat yang saya pelajari, konsep tersebut dapat disebut dengan paradigma sehat. Paradigma sehat menekankan pada upaya peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan kesehatan, bukan hanya pada aspek penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Paradigma sehat adalah upaya peningkatan kesehatan masyarakat yang bersifat holistik melalui program pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan promotif dengan tujuan untuk membentuk kesadaran masyarakat terhadap kesehatan – tentunya tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Dalam hal tersebut dapat kita lihat bahwa perumusan paradigma akan sangat mempengaruhi terhadap konsep berpikir, pengambilan keputusan dan tingkat pencapaian. Bisa kita bayangkan jika upaya peningkatan kesehatan hanya berfokus pada pengobatan dan penyembuhan, yang terjadi nantinya adalah kesehatan menjadi suatu hal yang bersifat konsumtif dan jauh dari pembentukan kesadaran masyarakat akan kesehatan.

Nah, begitulah pentingnya paradigma. Sekarang kita berbicara tentang paradigma dalam keseharian. Pernah nggak sih merasa jenuh dengan pemberitaan kurang mengenakkan yang sering muncul di media? Saya menjumpai berbagai macam respon dari orang dalam keseharian saya terhadap pemberitaan-pemberitaan tersebut, ada yang mengeluhkan isi berita, ada yang bosan dengan segala pemberitaan media, ada yang mengeluarkan opini pribadi terhadap pemberitaan yang ada, dan juga ada yang berdiskusi panas karena perbedaan pendapat menyikapi hasil pemberitaan. Ya begitulah media, disoleknya peristiwa menjadi primadona yang menggoda namun dalam saat bersamaan terlihat menor tak sedap dilihat. Semua kembali lagi dari sudut mana kita memandangnya.
   
Berangkat dari hal tersebut, saya kemudian berpikir bahwa mungkin kita perlu untuk membentuk sebuah paradigma. Sebuah paradigma yang membentuk optimisme dalam mengahadapi segala kejadian yang ada – saya menyebutnya sebagai pradigma positif. Berkaitan hal tersebut,  ada sebuah intermezzo menarik yang pernah saya terima yang bercerita bahwa terdapat sebuah surat kabar yang memuat berita berjudul “50% Anggota Dewan Kita Koruptor”, karena terdapat anggota dewan yang tidak terima dan kemudian menuntut, judul berita tersebut akhirnya pun di ralat menjadi “50% Anggota Dewan Kita Bukan Koruptor”.  Bagaimana? Saya rasa penafsiran dan efek psikologis yang diberikan dari kedua kalimat tersebut berbeda. Kalimat pertama memberikan penyikapan negatif yang berujung pada kegeraman maupun ketidakpercayaan pada anggota dewan, sedangkan kalimat kedua membentuk penyikapan yang lebih positif untuk memupuk kepercayaan pada anggota dewan tanpa menghilangkan kepedulian terhadap pemeberantasan korupsi.

Begitulah, paradigma positif membentuk efek psikologis yang baik dalam menyikapi keadaan. Berawal dari psikologis yang baik kemudian akan terbentuk pengertian yang baik dan penyikapan yang baik pula. Seperti pada pengertian diawal bahwa paradigma adalah sebuah bentuk cara pandang yang mempengaruhi dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku; maka paradigma positif tidaklah sekedar sebuah bentuk positif mindset; Lebih dari itu paradigma positif haruslah terinternalisasi dalam bentuk sikap dan tingkah laku pada keseharian. Disinilah pentingnya, agar kita dapat berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dengan sudut pandang yang lebih baik. Paradigma positif menjaga api optimisme dalam berpikir dan bertindak menghadapi segala hal; Paradigma positif memandang permasalahan sebagai sebuah tantangan dan bukanlah sebagai hambatan.

Thursday, April 23, 2015

Kurang Lebih


Sudah fitrahnya manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Katanya orang itu harus fokus kepada hal yang menjadi kelebihannya, agar dapat semakin ahli; agar dapat menjadi sukses. Namun kadang praktiknya tak semudah itu, jika kita dihadapkan pada pertanyaan “apa kelebihan anda?”, Kerap kali sebagian dari kita masih meraba-raba dan berpikir keras mencari jawabannya; sebagian yang lain mencoba meyakinkan diri kembali atas keraguan tentang kelebihan yang dimiliki. Malah sebagian dari kita mungkin lebih mudah untuk menyebutkan rentetan kelemahan daripada mencari satu poin tentang kelebihan. Mencari jawaban pertanyaan tersebut saja kita kadang kesusahan, lalu bagaimana kita akan fokus pada kelebihan?. Katanya mengetahui kelebihan dan kekurangan diri itu penting adanya, sebagai sebuah bentuk gambaran bahwa kita mengetahui tentang konsep diri.

Saya pribadi adalah orang yang setuju tentang pentingnya mengetahui kelebihan dan kekurangan diri. Konsep diri adalah komponen yang penting dalam pengembangan diri. Pengembangan diri menuntut waktu untuk berproses dan dukungan dari segala kemampuan diri. Sedangkan kemampuan diri meliputi pada aspek kelebihan dan kekurangan tersebut – yang selanjutnya kemampuan diri disebut sebagai konsep diri yang sebelumnya dimaksudkan. Untuk itu bagi saya menemukan konsep tentang kelebihan dan kekurangan diri tidaklah bisa dirumuskan dalam satu waktu. Menemukan konsep kelebihan dan kekurangan diri adalah sebuah proses panjang dan terus-menerus seirama dengan proses pengembangan diri. Perlu adanya upaya eksplorasi dalam rangka menemukan konsep tersebut.

Karena membutuhkan upaya eksplorasi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan, maka kelebihan dan kekurangan dapat berubah seiring dengan proses pengembangan diri. Bisa jadi yang kita anggap sebagai kekurangan hari ini akan menjadi taring dimasa mendatang; begitupun sebaliknya bisa jadi yang kita anggap sebagai kelebihan hari ini akan menjadi bumerang di kemudian hari. Kelebihan dan kekurangan bukanlah sebuah kondisi final yang bersifat statis, kelebihan dan kekurangan akan selalu bersifat dinamis mengikuti proses pengembangan diri sampai menemukan kestabilan.

Ada kalanya mungkin kita terjebak dalam  serentetan kekurangan diri yang menyita waktu dan tenaga untuk memperbaikinya. Yang pada akhirnya kita justru malah susah berkembang karena kehabisan waktu dan tenaga karena hal tersebut. Berikut saya ingin menyampaikan kisah menarik yang pernah saya dapatkan tentang konsep meyikapi kekurangan, barangkali kita dapat mengambil hikmah dari kisah tersebut.

Dikisahkan terdapat sebuah kerajaan di negeri antah berantah dan waktu yang tidak diketahui. Disana hiduplah seorang raja dan ratu dengan rakyat yang hidup sejahtera, yang mana pemimpin mencintai rakyatnya dan rakyatnya mencintai pemimpinnya. Sang raja memiliki sebuah batu rubi indah dan langka yang didapatkan saat mengembara di waktu muda. Karena sang raja sangat mencintai sang ratu, sebagai perwujudan cintanya pada saat ulang tahun pernikahan sang raja memberikan batu rubi tersebut kepada sang ratu. Tak disangka saat menyerahkan batu tersebut pada sang ratu batu rubi tersebut terjatuh dan meninggalkan bekas goresan dan retakan yang sangat jelas.

Mengingat begitu berharganya batu rubi tersebut bagi sang raja dan sang ratu, akhirnya raja memutuskan untuk mengadakan sayembara. “ Barangsiapa dapat memperbaiki batu rubi tersebut kembali seperti semula maka akan mendapatkan hadiah dari harta pribadi sang raja.” Dalam waktu yang tak lama setelah pengumuman para ahli permata berdatangan. Namun dari seluruh ahli permata yang datang tersebut mengaku tak dapat mengembalikan batu rubi tersebut seperti keadaan semula. Rajapun setengah putus asa.

Keesokan harinya datanglah seorang yang tua dan lusuh mengaku sebagai ahli permata. Lelaki tua tersebut menyampaikan bahwa dia tidak dapat memperbaiki batu rubi tersebut menjadi seperti semula namun dia berjanji dapat membuatnya lebih indah dari sebelumnya,  tapi dengan syarat batu rubi tersebut akan dia bawa pulang dan akan dikembalikan seminggu setelahnya. Rajapun setengah ragu, namun dalam setengah keputusasaannya dia mencoba membulatkan kepercayaan dan menaruhkan harapan pada lelaki tua tersebut. Batu tersebut pun diberikan sang raja untuk diperbaiki si lelaki tua.

Seminggu berlalu, lelaki tersebut pun memenuhi janjinya kembali ke kerajaan. Kehadirannya sedikit memudarkan kekhawatiran sang raja yang menantinya sejak beberapa waktu sebelumnya. Lelaki tua tersebut pun membuka kotak yang berisi batu rubi tersebut, Sang raja yang saat itu juga bersama sang ratu sontak terkejut. Bukan, bukan karena batu rubinya menjadi tidak karuan; raja dan ratu tak menyangka bahwa batu yang sebelumnya tergores dan retak tersebut menjadi begitu indah. Ternyata lelaki tua tersebut mengukir batu rubi tersebut menjadi permata berbentuk bunga mawar.

Karena kebahagian raja dan ratu atas batu rubi berbentuk mawar hasil pekerjaan lelaki tua tersebut, akhirnya si lelaki tua mendapatkan hadiah sesuai dengan janji sang raja. Lelaki tua tersebut pun pulang dengan bahagia, bukan karena besarnya hadiah yang diterimanya tapi karena kebahagian raja dan ratu atas batu rubi berbentuk mawar hasil karyanya tersebut.

Bagaimana kisahnya? Dari kisah tersebut saya pribadi mendapatkan beberapa hikmah setelah membacanya. Bahwa kita mungkin tidak dapat menghilangkan kekurangan ataupun ketidaksempurnaan yang kita miliki, namun kekurangan dan ketidaksempurnaan tersebut dapat kita transformasikan kedalam bentuk lain sebagai sebuah kelebihan. Melalui tangan yang tepat sebuah kekurangan dapat di transformasikan menjadi kelebihan. Maka tugas kita adalah menemukan tangan yang tepat tersebut dalam proses pengembangan diri. Dan jika pada akhirnya pun tak kita temukan perubahan dari satu tangan  ke tangan lainnya maka kita perlu melihat tangan kita sendiri dan mulai mencari jawabannya di sana. Tangan kita sendirilah yang akan membawa kita menuju perubahan tersebut.

Saturday, April 18, 2015

Batu Cincin (Tentang Sebuah Proses)


Akhir-akhir ini masyarakat kita dilanda dengan demam batu cincin. Tak jarang dalam keseharian orang-orang disekitar kita membicarakan topik seputar perbatuan. Mulai dari jenis-jenis batu yang beraneka ragam, teknik pengecekan keaslian batu, harga batu yang mahalnya di luar nalar, hingga bahkan mitos kekuatan magis pada batu. Semua topik tersebut mulai akrab kita dengar dalam keseharian. Batu menjadi budaya dan simbol sosial baru yang menggeliat di tengah masyarakat.

Dalam fenomena demam batu cincin yang berkembang sekarang juga sering kita jumpai orang yang menggosok batu secara intens di antara  rutinitas harian mereka. Konon katanya, menggosok batu secara rutin dapat menjadikan batu menjadi lebih mengkilap indah. Semakin mengkilapnya batu semakin memiliki nilai jual yang tinggi.

Berkaca pada fenomena batu cincin tersebut, saya kemudian terlintas pikiran bahwa untuk medapatkan sebuah batu yang indah saja memerlukan proses yang tak mudah. Dibutuhkan proses yang panjang dari batu yang kusam hingga menjadi berkilauan, batu harus di gosok terus-menerus dengan sangat hati-hati dan dihindarkan dari goresan. Seperti itu terus yang harus dilakukan hingga batu tersebut benar-benar menjadi berkilau. Hal tersebut sama halnya jika kita ingin mewujudkan karya-karya besar. Bahwa batu berkilau tersebut awalnya hanyalah bongkahan batu yang kusam, lalu dengan penuh ketekunan dan konsistensi batu tersebut di gosok hingga akhirnya menjadi mengkilat. Ketekunan dan konsistensi dalam proses lah yang menjadikan batu tersebut berkilau dan mengkilat. Disitulah kesamaannya, dalam mewujudkan karya besar kita juga harus melalui serangkaian proses berupa tempaan panjang yang harus dihadapi dengan ketekunan dan konsistensi.

Serangkaian tempaan dalam proses adalah hal wajib yang harus dilalui setiap orang untuk dapat mewujudakn sebuah karya besar. Kalau kata pepatah, “There is no elevator to success,you have to take the stairs”. Ya, tidak ada yang namanya jalan pintas untuk mewujudkan karya besar, apalagi untuk mereka yang memejamkan mata dan berharap saat membuka mata sudah sampai pada tujuan – tidak ada. Kalaupun ada yang lebih mudah untuk mewujudkan karya besar, itu adalah jalan yang lebih baik. Jalan yang merupakan hasil pelajaran dari proses yang di jalani orang terdahulu. Kita perlu mengingat bahwa sebuah karya besar tetaplah selalu dimulai dengan berbuat. Sejauh apapun perjalanan selalu harus dimulai dengan satu langkah kecil.

Yang menjadikan karya menjadi berharga adalah karena proses yang di laluinya. Seperti halnya batu yang mengkilap, awal mulanya sama dengan yang lain – hanya bongkahan batu yang kusam. Yang menjadikan batunya menjadi indah ya karena prosesnya tersebut. Maka pada prinsipnya semua karya besar awalnya juga merupakan hal yang biasa-biasa saja, bahkan mugkin suatu hal yang dipandang sebelah mata. Di tangan yang tepat, dengan ketekunan dan konsistensi hal tersebut dapat diasah menjadi sebuah karya besar. Kenapa saya menggunakan kata di tangan yang tepat? Karena dalam memproses suatu hal juga dibutuhkan ilmu, ada tekniknya. Dan lmu tersebut juga harus di pelajari dalam serangkaian proses mewujudkan karya yang besar tersebut. Pada akhirnya kuncinya lagi-lagi adalah soal memberikan yang terbaik dalam proses.


Menutup tulisan ini guru kehidupan saya pernah berpesan, “bahkan untuk menikmati mie instan kita tetaplah harus melalui proses.” Bahwa meskipun berjudul “instan”, mie yang kita inginkan tidak serta merta terhidang di piring. Mie tersebut harus melalui sserangkaian proses dari memanaskan air, merebus mie, membumbui, hingga akhirnya dapat terhidang di piring. Maka sedekat apapun tujuan pada akhirnya tetaplah membutuhkan proses untuk mencapai tujuan tersebut. Maka percayalah bahwa setiap peluh yang dikeluarkan dalam berproses membawa kita lebih dekat kepada tujuan. Dan jalan terbaik dalam berproses adalah menikmati setiap detail usaha yang ada didalamnya.

Sunday, April 12, 2015

Jebakan Remeh


Jika anda memiliki uang sebesar Rp 200.000,- kemudian anda menggunakannya untuk membeli baju seharga Rp 80.000,- berapa uang kembalian yang harusnya anda terima? Sampai disini silahkan anda pikirkan jawaban anda sejenak.

Jika anda menjawab Rp 120.000,- maka jawaban anda tidaklah tepat. Lah kenapa tidak tepat? Karena meskipun anda memiliki uang Rp 200.000,- tentunya anda cukup membayar baju tersebut hanya dengan selembar uang Rp 100.000,- tidak perlu sampai dua lembar seratus ribuan kan? Dengan kata lain uang kembalian yang harusnya anda terima adalah Rp 20.000,-

Saat pertama kali saya mendapatkan pertanyaan tersebut saya juga salah dalam menjawab. Dan pada umumnya beberapa orang juga terjebak  saat pertama mendapatkan pertanyaan tersebut. Hal tersebut membuat saya tertarik untuk membahasnya. Dari kasus pertanyaan tersebut saya mendapatkan pelajaran, bahwa kadang kita bukannya gagal pada suatu perkara rumit yang membutuhkan banyak tenaga dan pikiran, malah kita justru gagal dalam jebakan pada perkara yang remeh dan tak terlihat seperti ganjalan yang berarti.

pada kasus pertanyaan diatas juga terkesan remeh dan tak susah untuk di jawab, namun percaya atau tidak sikap tersebutlah yang menjadikan kita lengah sehingga tidak berkonsentrasi. Tidak konsentrasi menjadikan pikiran menjadi buyar, megaburkan tujuan dari berpikir. Hal tersebut menjadikan kinerja otak menjadi menurun, memutuskan benang merah dalam proses berpikir. Menjadikan penyelesaian masalah tidak sampai kepada akarnya, bahkan dapat memunculkan masalah baru.

Sikap, sikap kita dalam meghadapi masalah akan sangat menentukan hasil pekerjaan. Penyikapan yang baik akan menjadi pemantik untuk membentuk kesiagaan setiap indera, kesigapan dalam bertindak. Dengan kata lain, penyikapan yang baik berbanding lurus dengan pembentukan konsentrasi yang baik pula. Penyikapan yang baik akan memfokuskan setiap indera kepada pekerjaan, mengkolaborasikan setiap indera untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kolaborasi indera tersebutlah yang disebut dengan konsentrasi.

Penyikapan yang baik diperlukan dalam menghadapi setiap kondisi, baik dalam permasalahan yang rumit maupun dalam perkara yang remeh. Agar kita tidak lagi terkena jebakan dalam perkara yang kita anggap remeh dan mendapatkan hasil yang optimal saat menghadapi permasalahan yang rumit. Di akhir tulisan ini saya ingin menguji anda dengan sebuah pertanyaan – perhatikan dengan baik. Jika ada sebuah kereta rel listrik melaju ke arah utara, kemana kah arah asapnya? Silahkan pikirkan sejenak jawabannya. Baik, jika sudah dipikirkan berikut saya sampaikan jawabannya. Jawabannya adalah kereta tersebut tidak mengeluarkan asap karena keretanya bertenaga listrik. Hehehe. Selamat bagi anda yang sudah tepat dalam menjawab, anda telah berhasil menghadapi jebakan remeh. 

Wednesday, April 1, 2015

Belajar Dari Perpisahan


Dalam berjalannya sebuah hubungan pada akhirnya kita akan dipertemukan dengan perpisahan. Perpisahan adalah sebuah keniscayaan seperti halnya berlalunya waktu. Seperti berlalunya kisah kehidupan kita dalam fase yang berbeda-beda. Rasa-rasanya mungkin baru kemarin kita tertawa dalam jam kosong bersama teman-teman kelas di SMA, ternyata sekarang kita sudah dipakaikan toga wisuda. Barangkali kita sekarang sibuk mencari kerja, mungkin kedepan kita akan tersenyum mengingat kisah perjuangan sambil duduk di kursi pimpinan. Bisa saja sekarang kita sedang mendamba cinta, namun suatu hari tak terasa kita sudah melihat anak-anak yang beranjak dewasa. Begitulah waktu berlalu saja, dan dari sekian banyak waktu yang kita lalui tersebut kita selalu di iringi dengan pisah sambut dari satu fase ke fase lainnya.

Meskipun tidak ada jaminan, jalan terbaik merencanakan kondisi perpisahan adalah dari awal pertemuan. Tak ada yang namanya kebetulan dalam sebuah pertemuan, semua sudah digariskan bahwa pada salah satu titik waktu keduanya memang dipertemukan – Allah lah yang mempertemukan. Bahwa Allah telah mempertemukan untuk suatu alasan, entah untuk memberi pengajaran atau menerima pelajaran. Maka saat kita memulai hubungan pada titik pemahaman tersebut – tak peduli seberapa getir ataupun manisnya waktu yang dilalui bersama – semua akan dibingkai dalam hikmah diujung perpisahan yang baik.

Suka atau tidak kita pasti akan dihadapkan dengan perpisahan, dan kita selalu diberikan kesempatan untuk mengakhirinya dengan kondisi yang baik ataupun buruk. Perpisahan yang baik selalu memberikan kesan melankolik, menimbulkan suasana haru antara pihak yang meninggalkan dan yang ditinggalkan. Menjadikan setiap detail potongan waktu bersama menjadi bermakna. Yang tetiba menjadikan langkah kaki terasa berat untuk beranjak. Sebaliknya, perpisahan yang buruk selalu meninggalkan kekacauan, memuncakkan amarah antara pihak yang meninggalkan dan yang ditinggalkan. Menjadikan setiap diri didalamnya mengutuki setiap waktu yang dikeluarkan untuk bersama. Yang sejak lama menjadikan kaki ingin segera beranjak pergi.

Perpisahan mengajarkan untuk terus bergerak meski dalam keadaan ringan maupun berat. Bahwa kita tidak bisa selamanya berhenti pada suatu fase – meskipun itu nyaman, meskipun itu menyenangkan. Dalam setiap perpisahan selalu ada orang di depan yang akan menyambut kedatangan. Sebuah fase baru yang akan menawarkan pengajaran dan pelajaran. Maka jalan terbaik adalah melalui setiap pisah sambut dalam kehidupan dengan terus memperbaiki diri dan menebar kebaikan.

Begitulah terus pisah sambut akan terjadi, hingga pada akhirnya maut yang akan memisahkan. Lalu kita akan diantarkan kembali pada pertemuan akbar di kampung akhirat, yang pada akhirnya kita akan dihadapkan pada sebuah perpisahan terakhir – surga dan neraka. Maka disinilah kita berdoa semoga kelak tidak dipisahkan dan tetap dikumpulkan dalam surgaNya.