Meski saya tak sepenuhnya setuju,
tapi katanya hidup itu adalah sebuah perlombaan. Dari pertama kita dilahirkan
ke dunia, kita sudah masuk dalam sebuah perlombaan akbar umat manusia. Bahwa
katanya hidup ini penuh dengan persaingan, maka jadilah seorang pemenang.
Daripada kata bersaing, saya lebih suka dengan kata kolaborasi. Saya percaya
bahwa kerjasama adalah jalan terbaik untuk mencapai hasil optimal, bahwa hidup
adalah sebuah kolaborasi akbar untuk mencapai tujuan bersama.
Namun, dilain sisi saya juga percaya
bahwa persaingan dan perlombaan adalah sebuah keniscayaan. Bahkan dalam sebuah
kolaborasi pun dibutuhkan persaingan dan perlombaan sebagai sebuah trigger
untuk mengobarkan semangat mencapai tujuan. Persaingan dan perlombaan merupakan
salah satu mesin penggerak yang memberikan motivasi seseorang untuk memberikan
performa terbaiknya. Perlombaan dan persaingan juga menjadi pengasah kemampuan
menjadi lebih tajam. Maka, ikutlah dalam sebuah persaingan; Persaingan yang
sehat. Terlibatlah dalam perlombaan; Perlombaan dalam kebaikan.
Jika benar hidup adalah persaingan
dan perlombaan, barangkali kompetisi lari adalah salah satu yang cocok
menggambarkannya. Sama halnya dengan kompetisi lari, dalam hidup masing-masing
dari kita berjuang sekuat tenaga untuk mencapai tujuan. Tapi kita perlu
mengingat, bahwa jarak yang ingin kita tempuh tak hanya 100 atau 200 meter
saja. Bukankah kita ingin menempuh jarak hidup yang lebih panjang?. “life is
a marathon, not a sprint”, mungkin pepatah tersebut adalah gambaran yang
lebih spesifik bahwa kita sedang berada dalam perlombaan marathon akbar. Kita
bisa saja berlari sekuat tenaga, tapi jarak yang kita tempuh sangatlah jauh.
Untuk itu yang terpenting bukanlah seberapa kencang kita berlari, tapi seberapa
kuat kita bertahan sampai di garis akhir tujuan. Maka tetaplah berlari, tapi
jangan terlalu kencang!.
Ada kalanya kita perlu memelankan langkah kita, agar
kita tahu kondisi sekitar. Bukankah kita tak bisa mendengar dan melihat jelas
saat berlari kencang? Maka, mari pelankanlah langkah. Jika suatu saat kita
sudah tak kuat berlari, barangkali kita juga perlu berhenti untuk sejenak
menghela nafas. Atau barangkali jika kita tak ingin berlari, cukuplah dengan
berjalan. Atau bila kita benar-benar tak punya tenaga, tidur dapat memulihkan.
Ah sudahlah, barangkali marathon juga tak menggambarkan tentang kehidupan secara
utuh. Jalani saja hidup sesuai dengan apa yang kita yakini. Tapi yang bisa kita
ambil dari sini; Ada kalanya kita memang perlu untuk berlari marathon
atau mungkin juga sprint, ada kalanya kita cukup dengan berjalan atau
mungkin kita perlu untuk berhenti, ada kalanya pula kita perlu bersaing tapi
kita juga perlu berkolaborasi, atau mungkin yang kita perlukan bukan pula hal -
hal itu. Kita bebas berbuat sesuka hati, tapi ingat semua akan
dipertanggungjawabkan. Dan sebaik-baiknya perbuatan adalah yang memberikan
sebanyak-banyaknya manfaat.
Gambar dari sini
Gambar dari sini