Pernah nonton film India? Atau anda
salah satu penggemar film India? Dalam keseharian sepertinya sudah tidak asing
lagi, bahwa film India sering diidentikkan dengan adegan nyanyi-nyanyi dan tarian-tarian
yang dimunculkan pada momen-momen tertentu dalam jalannya cerita. Adegan
tersebut seringkali menggambarkan suatu wujud ekspresi bahagia, sedih, cinta,
semangat, dan sebagainya. Nyanyian dan tarian dalam film india menjadi sebuah
bumbu khas yang mengundang selera bagi para penggemarnya, nyanyian dan tarian
tersebut menjadi sebuah signature yang melekat pada film-film bollywood
tersebut.
Menyambung tentang film india,
ada sebuah film yang menurut saya sangat menarik. Mungkin anda juga sudah tak
asing dengan film ini, filmnya berjudul “3 Idiots”. Saya kira banyak orang yang
memberikan kesan positif terhadap film ini, bahkan juga termasuk orang yang
sebenarnya tidak menggemari film india. Menurut saya yang menarik dalam film
ini adalah karena mengangkat topik yang cukup fresh namun sangat dekat
dengan keseharian, film ini mengangkat topik tentang passion, karir, dan
konsep seputar pendidikan. Film ini berlatar belakang tentang kehidupan kampus
tiga orang sahabat lengkap dengan problematikanya yang dibungkus dalam sebuah cerita
yang apik dan syarat akan komedi. Film ini juga seolah mengajak para
penontonnya untuk sejenak kembali mengenang momen-momen manis kehidupan kampus.
Nah, dalam film tersebut anda
tentunya sudah tidak asing dengan tokoh utamanya yang bernama Ranchodas
Chanchad – kalau anda merasa asing berarti kemungkinan anda belum menonton
filmnya, hehe. Dalam ceritanya Ranchodas memiliki sebuah kata sakti yang selalu
di rapalkan setiap kali menghadapi masalah – ya, “All is Well”. Sebuah kata
yang dapat meninggalkan kesan yang mendalam di hati para penontonnya dan bahkan
menjadi tren kata dalam keseharian.
“All is Well” sendiri, dalam
filmnya diceritakan dulunya merupakan sebuah kata yang sering digunakan oleh peronda
malam di suatu kampung yang setiap malam selalu berteriak lantang dengan kata “ALL
IS WELL!”, Kata tersebut lantas membuat semua penduduk menjadi tenang dan dapat
tidur dengan nyenyak. Namun pada suatu malam terjadi pencurian di kampung
tersebut, yang kemudian menyadarkan para penduduk bahwa ternyata peronda malam tersebut
adalah seorang yang buta. Dan di malam-malam selanjutnya peronda malam tersebut
tetap saja berteriak “ALL IS WELL! ALL IS WELL!” Penduduk pun merasa bahwa selama itu seperti orang
bodoh. Namun penduduk mendapatkan sebuah kesadaran bahwa hati mereka ternyata
penakut. Itu yang membuat mereka selama itu mudah terkelabui. Dari sana
diambillah sebuah pelajaran, bahwa jika kita mendapatkan sebuah masalah,
katakanlah dalam hati, “All is Well! All is Well!”. Memang, kata tersebut tak
akan menyelesaikan masalah, tapi setidaknya akan mengumpulkan kekuatan untuk
bertahan.
Kata tersebut sebenarnya merupakan
sebuah bentuk afirmasi diri untuk membentuk keyakinan dalam menghadapi
permasalahan. Afirmasi sendiri merupakan sebuah bentuk penetapan yang positif;
penegasan;maupun peneguhan. Afirmasi merupakan suatu bentuk sugesti pada diri
untuk menghilangkan keraguan dan memupuk keyakinan dalam berbuat. Konon katanya
dengan memberikan afirmasi pada diri secara terus menerus dapat mempengaruhi otak
bawah sadar – ngeri-ngeri sedap ya. Afirmasi akan membentuk kebiasaan, sebuah
reflek dalam berbuat. Hal tersebut
layaknya orang yang berlatih beladiri, mereka melakukan gerakan jurusnya secara
berulang-ulang. Memukul, menangkis, menendang – terus-menerus – hingga pada
akhirnya mereka membentuk reflek ketika dilakukan serangan. Sama halnya, kata
yang diucapkan pada diri secara terus- menerus pada akhirnya juga akan
membentuk reflek sebuah keyakinan.
Setiap orang bisa jadi memiliki bentuk afirmasi diri
masing-masing. Bisa jadi seperti Spongebob yang selalu berkata “Aku Siap! Aku
Siap!”, atau barangkali berupa jargon yang menggelora layaknya kata “yakin bisa
pasti bisa!”, dan sebagainya. Namun, afirmasi juga tak melulu harus diucap
dengan kata, bisa jadi dia berbentuk sebuah sikap dan kebiasaan. Layaknya Popeye
yang menjadi kuat setelah makan bayam, atau mungkin orang yang harus mencari
keheningan untuk dapat berkonsentrasi, atau barangkali orang yang memakai baju
tertentu agar tampil lebih percaya diri, dan sebagainya. Pada akhirnya kita pun
kembali pada kesimpulan awal, bahwa sejatinya kita memiliki kekuatan dan
kemamampuan yang besar, hanya saja kadang kita tak cukup yakin dan terjebak
dalam keraguan. Afirmasi pada dasarnya memanglah tidak akan menyelesaikan masalah,
namun bertujuan untuk menggugurkan keraguan dan menumbuhkan keyakinan. Lalu,
apa bentuk afirmasi anda?
No comments:
Post a Comment